Okeh,
saya akui, RIBET. Yup, ribet karena temen-temen yang awalnya mau jadi
team perintis, pada ngilang dan tersisa 2 orang. Surya dan Po Noru,,
belum lagi kekurangan orang untuk ini, itu, dan sebagainya,
perlengkapan, peralatan, wuah,, bener-bener sebuah keajaiban pada
akhirnya berhasil jadi ini acara.
Seperti
kicauan saya di
twitter pada hari yang sama, "Badan ada di Sekolah, sedang ngerjain yang bisa
dikerjain, tapi hati ada di KRUS". Pengen banget rasanya kabur dari
kantor hari itu buat ngebantu tim perintis yang cuma 2 orang itu,,
kemudian menyadari kenyataan yang gak mungkin, karena hari itu lagi
tegang-tegangnya di kantor.
Makanya saya bilang ribet. Akhirnya jalan terakhir hanya koordinasi melalui ponsel. Untung
Yuni sama
Ipeh
mau bantuin, walau ga bisa ngemping malamnya, tapi mereka mau ngikut
ngangkut barang, xixix,, kebayang betapa rempongnya mereka saat itu,, :p
2 dus Aqua, 1 terpal raksasa, kemudian sosis dan lampu teplok,, pasti
ribet banget,, :p
|
Tenda besar,, *yang tetep aja gak muat* |
Dan akhirnya, dengan kondisi yang seperti itu pun,
tenda bisa dibangun dengan sukses,, satu tenda besar dan satu tenda
kecil yang merupakan kepemilikan dari
Abi Ipul,,
*thx bang ipul,, terbantu bnget dengan hadirnya tenda itu :p*. Laporan
terakhir dari si mpo, bener"bikin lega,, dia bilang "weewww po, tenda
kita mewah euyy" bener-bener mengurangi tekanan yang dirasa saat itu,
fiuh,, akhirnya jadi juga ni kemping.
|
Tendanya Abi ^^ |
Kemudian, saat jam ditangan sudah menunjukkan jam 15.30 saya pulang dengan terburu-buru, kemudian
packing dengan
terburu-buru, tapi masih sempat mandi, kebayang kan gerahnya malam
kalau ga mandi, soalnya besok paginya pasti ga pake mandi,, :p lalu
menunggu jemputan, sambil mempersiapkan segala macam camilan, sampai
makan berat. *maklum gak pernah kemping, makanya bawaannya bnyak bnget*
Sesampainya di
venue, ketemu nih sama Oom Fadli dan Reza, dia udah nangkring di pendopo. Sempet surprise juga mereka mau ikut gabung. Di sana juga udah hadir beberapa teman bantuin bikin kayu bakar, dan dipojokan si yuni sama ipeh lagi mainan minyak gas,, hehe. Gak lama, rombongan
Sonny dan kawan-kawan yang berjumlah 7 orang itu datang. Kemudian, sesepuh SB, Mas
Dony, mas
Riffadin
dan seorang lagi temannya datang. Ramailah sudah acara ini. Sehabis
taruh tas, langsung kembali membenahi tenda, dan lain-lain. Sampai
maghrib pun tiba.
Oke, saya baru tahu kalau hutan di
malam hari itu gelap gulita. Heh, ga usah protes ya,, ini beneran
pertama kali saya ikut kemping-kempingan gini. Jadi saat api unggun
dinyalakan, sebuah emergency lamp, dan beberapa lampu teplok ditempatkan
di sudut-sudut gelap, tempat kemping itu kembali bisa dilihat. Walaupun
beberapa kali sempat tersandung tali pasak yang ga terlalu keliatan,
*atau memang cuma gara"kecerobohan saya*. Temen"dari tenggarong, yang
kalau gak salah inget namanya ada
Aka,
Jay,
Aan,
Ipul,
Iqbal,
sama satu lagi saya lupa, menaruh beberapa batu bara yang katanya bisa
mengusir nyamuk dan membuat api jadi tahan lama *nah loh, ada lagi api
tahan lama*. Si Ipeh dan Yuni pun dengan sangat berat hati beranjak dari
area kemping, mereka belum dapet ijin buat nginep,, hehew,, :3. Jadi
total sekitar 18 orang yang ada di sana dan mungkin akan menyusul lagi
beberapa.
|
Api unggun pertama,, *liat deh makhluk ngenes yg pake bju kuning dibelakang, :p* |
Dan, sehabis makan-makan sederhana, bikin minuman
hangat dan bakar-bakar ubi, kami bermain
games untuk menghabiskan waktu
dan mendekatkan satu sama lain. Awalnya tentu saja perkenalan.
Masing-masing memperkenalkan diri, saling mengingat nama satu sama lain.
Kemudian pilihan games-nya adalah bisik-bisikan kata. Dan yang kalah
dihukum untuk menjawab jujur semua yang ditanyakan oleh setiap orang
yang mengelilingi api unggun itu.
Korban pertama jelas
si Ame, haha,, secara dia berdiri dekat si teteh yang menyesatkan,
kemudian lanjut si Yudi, Jay, Aka, dan kemudian mpo Noru,, jangan
dibayangin deh betapa anehnya pertanyaan"yang terlontar, dari yang
normal sampe abnormal, trus dari yang awalnya jawab jujur, sampe malu
buat ngejawab jujur,, muncul lah Jargon baru, "Syamsiah Saniah Syarifah
Lupiatul Qoriah",, dan keharmonisan itu bener-bener terbangun.
Kemudian, setelah bosan berbisik-bisik, selanjutnya gantian nge-bully bang Tino, entah bagaimana akhirnya bang Tino ikut bergabung di situ, dan langsung
disuruh perkenalan. Alibinya sih, dia menyelamatkan adik kesayangannya
si Rilo yang sebelumnya ditahan polisi gara-gara merayakan kelulusan dengan Lebay,, :p.
Setelah itu, sekitar jam 10, team perintis nampaknya
ingin beristirahat,, jadilah kegiatan terpecah menjadi beberapa
kelompok, ada yang ingin trekking sekaligus uji nyali di tengah malam,
ada yang main kartu di dalam tenda, ada yang msih ngobrol di depan api
unggun, ada yang sudah dengan santainya tidur,, haha,, saya sendiri
masih ingin berlama-lama melihat bintang. Sebab, pas games tadi sempat
melihat sebuah bintang jatuh yang sangat menakjubkan, ga sengaja
sebenernya, soalnya pas ku tanya yang lain, pada bilang gak liat,,
haha,, berfikir kalau itu bintang jatuh aja lah, biar aman,, :p
Taburan
bintang di malam itu katanya sih belum sebagus saat kemping di Bukit
Bengkirai,, tapi, untuk saya pribadi, bukan baru kali itu ngliat bintang
yang tidak ternoda cahaya lain, jadi yah, saya anggap itu biasa.
Sebagai pecinta bintang, saya tau malam itu cuaca agak berawan sehingga
cahayanya agak sedikit redup, walaupun jika di bandingkan dengan view
biasa dari kota, bintang malam itu jauh lebih menawan.
Jumlah peserta kemping akhirnya melonjak naik
hingga 25 orang, tenda kecil cuman cukup untuk 2 orang, yang dengan
suksesnya Mpo Noru beserta Nene menguasai. Akhirnya 22 orang berjubel di
satu tenda besar,, dan herannya, ini kan kemping ya, saya pikir bakal
ada yang ga bisa tidur,, tapi semuanya malah tepar,, hahaha,,, kecuali
saya. *kemudian hening*.
Katanya kakak ketua pramuka,
kalau kemping pertama emang bakal ga bisa tidur. Jadi gelisah sendiri di
tempat, sama sekali ga bisa "hilang" ke dalam dunia mimpi, cuman mejem,
tapi ga tidur,, ckckck,, ga tahan dengan keadaan tersebut, terbangun,
dan membangunkan si Nyunyun. Akhirnya kita putuskan untuk bakar sosis
aja, soalnya pas-pasan laper,, haha. Dan karena ribut, akhirnya beberapa
yang lain ikut bangun juga, kaya mas Dony, Mas Riffadin, Sony, Nene,
sama Ipeh.
|
Yak, sosis bakar,, :p |
Baru kali itu ngrasain sosis bakar, biar gosong"gin
tetep aja di makan juga,, --" padahal udah jatuh ke bara, kena abu, dan
gak sehat, tetep aja dimakan ya? Tapi menurut saya disitulah seninya,,
:3 ini bukan kemping kalau ga makan makanan yang dibakar sampai gosong,,
haha,,, *kayanya persepsi saya tentang kemping harus diperbaiki ini,,
:p*
Setelah kenyang,, atau sebenarnya setelah sosis
satu 1Kg-nya habis, kembali ke tempat tidur, well,, kembali berperang
sih bagi saya, Berperang melawan insomnia dadakan, yang untungnya bisa
ditangani dan saya bisa tidur. Akhirnya, malam pertama kemping saya itu,
berlalu begitu saja, menyisakan senyum, dan sedikit cemong sosis bakar
di pipi,,, XD
The Day Part II - Abstrak, Sleepy, Trekking, Mud and MORE MUD >.<
Tepat pukul 05.00 di hari minggu saya terbangun, dan langsung
melihat ke arah api unggun, di mana 2 makhluk manis terdiam menatap
warna orange terang itu. Pikiran saya langsung tertuju pada tenda yang
ditinggalkan oleh mereka,, *ah, belum bilang ya, 2 makhluk yang memaksa
saya untuk bilang mereka manis adalah nene dan po noru*. Tenda mereka
pasti kosong sekarang, berati saya bisa melanjutkan tidur saya disana
dengan nyaman,, ternyata eh,, didalamnya sudah ada dua makhluk lain
menanti. Mami dan Dwi yang datang sekitar jam 4 subuh tadi, bertahta
dengan santainya, meruntuhkan niatku melanjutkan tidur. Akhirnya mau ga
mau bergabung dengan nene dan mpo, mematung di depan api unggun.
Kemudian
tak lama setelahnya, sang ketua bangun, dan saya minta diantarkan ke
toilet. *bener-bener peserta manja,, haha* dalam perjalanan ke toilet,
melihat sekeliling hutan yang dilingkupi kabut, bener-bener sebuah
pemandangan yang menyegarkan. Seketika itu semangat saya bangkit, dan
otak saya langsung fresh. wah,, ini lah tujuan saya sebenarnya, untuk
menginap di hutan dan menikmati pesona eksotik yang disiapkan Tuhan.
|
Ini Hutan,, :3 |
Setelah itu, kami sarapan *nasi kuning, :p*, dan
bersiap-siap untuk trekking masuk ke hutan. Jalur yang ditempuh adalah
jalur medium, dan karena sore kemaren hujan, jadilah hutan itu menjadi
area bermain yang amat sangat menyenangkan. *muka datar*. Yang ga bawa
sepatu perang kaya saya bakal nangis darah,, sejenak saya melirik
sneakers ungu kesayangan saya, sambil meminta maaf dalam hati, hufh,,
ikhlas,, ikhlas,, demi trekking,, demi liat hutan.
|
selesai sarapan,, :) |
Yak, perjalanan dimulai sekitar jam 9. Kami masuk ke
dalam belantara yang sama sekali tidak panas, sebab cahaya matahari yang
menyengat itu terhalang oleh rimbunnya dedaunan. Seakan-akan tersesat
dalam dunia lain,, Yeah,, dunia lain yang syahdu berwarna hijau, namun
dari kejauhan masih terdengar suara pale-pale jualan es krim walts,,
haha,, Dan baru sekitar 50 meter dari jalan masuk, udah harus bertemu
dengan kubangan lumpur sedalam mata kaki,, well,, ini adalah lumpur
paling menyebalkan,, sebab saya salah ambil jalan, dan sepatu saya
terbenam dalam. *nangis*. sempet heboh-hebohan sendiri,, sempet ga mau
jalan lagi,, soalnya kalau kakinya di tarik, sepatu saya pasti
almarhum,, makanya keukeuh di tempat kejadian sampai sang ketua
menolong,, haha,, *tercium bau-bau modus sebenarnya, tapi abaikan :p*
|
Sibuk nyari jalan teraman *walau sia-sia* |
|
ini licin banget loh,, |
Setelah
lepas dari jeratan lumpur penghisap, dan melihat sepatu ungu saya
berubah warna, ibarat bunglon yang menyesuaikan dengan keadaan
sekitarnya, sepatu saya juga begitu. Berubah sesuai warna di sekitarnya,
warna lumpur. --" dan yang terjebak bukan hanya saya,, SEMUANYA. yup,
semuanya pernah kejeblos ke dalam lumpur dan meringis,, haha,,, rasakan
itu kawan, itulah arti solidaritas,,
|
hap,, hap,, cewe cowok wajib lompat |
Mendaki gunung lewati lembah, membuka jalur,
meloncati pohon yang rebah, merasakan sentuhan lumut, terkena duri
rotan, terinjak duri salak, menelusuri jejak babi, digigit lalat dayak,,
dikejar-kejar semut marabunta, dililit ular anaconda, di aum-in sama
singa,, *okeh, tiga hal terakhir saya bohong*, semuanya menyenangkan,
walau harus tertatih dan terjerembab, tolong menolong membawakan tas,
foto-foto pribadi dan dokumentasi yang gila-gilaan. Wuah,, menjadi
sebuah hal yang ga bakalan terlupa. Bahkan Syamsiah Geng pun, terlihat
rusuh dan menikmati, walaupun hanya berbekal sandal jepit. Yup, sandal
jepit.
Sesampai di rest point pertama, kita menghadapi
tebing setinggi 20 Meter, err,, 20 meter dikurangin 18 Meter lah,, ga
tau juga, kenapa harus lewat tebing itu, padahal ada jalan menanjaknya
kalau memutar sedikit,, haha,, lucu juga liat semuanya pontang-panting
menaiki tebing tersebut. Udah deh, ga usah dibayangin gimana kucelnya
penampilan kami, yang cakep dan cantik tambah kucel, yang jelek,, eh,,
dalam team ini gak ada yang jelek sih,, ;p Walaupun ada sedikit cedera
yang di alami oleh bang Dhyan, kakinya berdarah gara"kena duri salak,
*yang selalu dijawabnya dengan "pendarahan keguguran" ;D* tetapi karena
bukan cedera serius, karena si Abang meyakinkan demikian, kami
melanjutkan perjalanan dengan penanganan seadanya. Ah, dia kuat kok,
jangan khawatir. :)
|
Ayo"tebingnya dipanjat,, :p |
|
teteh pendarahan,,, :( |
Setelah rest poin, kami mulai memasuki jalanan paving
beton. Nah, kalau disini, bener-bener murni menikmati pemandangan, ga
perlu nerobos hutan. Kalian tahu apa yang paling saya senangi di sini?
pemandangan yang menakjubkan, melihat jalanan tertutup daun kering serta
bunyi gesekannya saat terinjak oleh langkah kami. Seakan berada di
lorong waktu, berada jauh dari kota, dan entah kenapa perasaan damai
yang menyegarkan melingkupi hati. :)
|
kaya musim gugur eh,, |
|
Ini jalan pavingnya |
Kembali masuk ke hutan, dan beristirahat di sebuah
aliran sungai kecil, sebuah jembatan kayu yang jabuk dan berlumut,,
serta latar hutan di belakangnya. Kita beristirahat sambil sedikit
membersihkan diri di aliran sungain kecil itu, tanpa menyadari seringai
licik sang ketua yang tertahan, bener-bener dikerjain abis-abisan.
Setelah puas berfoto-foto dan istirahat disana, kami kembali
bersemangat. Namun sayangnya semangat itu langsung meluntur melihat
keadaan di seberang jembatan.
|
Dibalik jembatan itu,, --" |
Lumpur dan lebih BANYAK LAGI lumpur,, #mati.
Yup,
dengan sukses, sang ketua mengajak kita melintasi lumpur sedalam lutut.
Dan sia-sialah kesusahan saya membersihkan sepatu di sungai tadi,, mau
nangis ntar di bilang cengeng, akhirnya ya mau ga mau dijalanin aja.
Apalagi sang ketua mengatakan dengan tegas "Ga ada pengecualian bahkan
untuk wanitaku,," jadinya ya sudah, pasrah. Yah, 2/3 perjalanan masih
selamat, bisa menghindar dari lumpurnya,, sempet ketemu anak ular yang
imut banget,, tanpa berfikir apapun tentang induknya yang mungkin saja
berada di sekitarnya,, --" tapi, kemudian 1/3 perjalanan terakhir tetap
harus menyerah, T_T ga ada jalan aman, udah deh, berkubang aja dalam
lumpur,, sensasinya asik juga,, dingin-dingin gimana gitu,, dalam hati
juga mensugesti diri, anggap aja lulur alam, mudahan bikin bagus kaki,,
:p
|
Lulur lumpur alami |
|
itu dia lautannya,, XD |
Setelah lepas dari lautan lumpur, yang untungnya gak
ada korban jatuh guling-guling disana, kami diajak untuk diajari mencari
air dalam hutan. Katanya kakak ketua sih, itu namanya akar air, setelah
dipotong dan dibedirikan, air akan mengikuti gaaya gravitasi dan
mengalir turun. Rasa airnya sejuk, tawar dan ada aroma akar yang
menyenangkan,, wizzz,, bisa jadi salah satu tujuan wisata kuliner,,
haha,, nggak lah, bohong aja, bisa habis tuh akar air ditebangin kalau
jadi tujuan wisata,,
|
ini nih akar airnya,, airnya ngerembes lewat kulit dalamnya |
|
seakan nikmat bnget ya teh?? :p |
Kemudian, sepertinya semua anak-anak sudah lelah dan
ingin secepatnya mengakhiri perjalanan, dan di pilihlah rute perjalanan
terpendek untuk kembali, sempet terjadi protes-protesan dalam kelompok,
sebab ada yang mau lanjut, ada yang mau udahan, akhirnya diputuskan kita
mengakhiri perjalanan. Sekeluarnya dari hutan dan bertemu jalan raya,
semuanya tepar, muka-mukanya udah ga secerah waktu berangkat,, dan dalam
kepala saya cuma ada satu kata. "TIDUR". Pengen cepet-cepet bebersih
dan tidur di kasur yang nyaman. Yup, kami lelah, ga papa deh dibilang
lemah, habisnya emang cape kok,, kan ini kali pertama saya kemping,, :p
|
End of the adventure,, |
Sampai kembali di lokasi perkemahan, bebersih di
sungai terdekat, kemudian membongkar tenda,, rada miris juga sih, bangun
tendanya setengah mati, tapi ngebongkarnya cuma makan waktu beberapa
menit. Kemudian operasi semut dijalankan,, *cieh,, kan kita cinta
kebersihan* semua dibakar, semua sampah dibakar, sampai-sampai tabung
gas mini milik mas dony juga dibakar,, *dan menjadi satu keramaian
tersendiri saat meledak, dan sampai sekarang belum ada yang ngaku siapa
yang menaruhnya disana,, haha!*
Yup, disinilah
perjalanan kami berakhir, dan perjalanan kemping pertama saya berujung.
Indah, jika dirasakan indah, menyenangkan karena memang menyenangkan.
Menghabiskan waktu berakrab-akrab dengan alam itu ternyata bisa seluar
biasa ini ya? dan ternyata memang semua ini menggembirakan, tujuan saya
tercapai dan yang paling penting adalah saya puas. Puas karena acara
yang hanya dengan persiapan yang minim seperti ini pun bisa menghibur
dan berhasil. :) Terima kasih untuk semua yang datang, meramaikan,
merusuhkan, Special buat Team Perintis, Samarinda Backpackers, Earth
Hours Samarinda, Syamsiah Saniah Syaripah Crew, Tenggarong Backpackers,
Temen-temen STMIK Wicida Samarinda, dan Pak Singkir yang sudah
menunjukkan jalan -Lumpur- terbaik. :)
Dan, sesaat sebelum pergipun, sayup-sayup saya mendengar ketua kelompok berbisik,,
"Terima Kasih Hutan, karena sudah memberikan yang kamu punya untuk kami, dan semoga kamu akan terus ada sampai seterusnya". *amin*
No comments:
Post a Comment