12 Jul 2014

Pengalaman Pertama Berkemah di Kebun Raya Samarinda

"Menyaksikan ribuan bintang yang sinarnya tiada terhalangi oleh cahaya bumi, mendengarkan suara alam, mendengarkan nyanyian hutan, merasakan betapa dekat alam dengan kita, merasakan betapa mereka butuh dilindungi, dan pada akhirnya menyadari bahwa kita membutuhkan mereka,, dengan sangat."

- Sebait kata untuk Hutan.

Kebun Raya Unmul Samarinda (KRUS)
Kemping,, hmmmm,, untuk anak yang baru liar seperti saya, kegiatan-kegiatan ekstrim seperti ini sama sekali tidak pernah terpikirkan. Selain sugesti saya sendiri yang selalu negatif tentang "kembali ke alam" yang berarti harus meninggalkan teknologi, saya juga terlanjur membayangkan betapa repotnya hidup di alam liar. Kemudian, mendengar sebuah cerita penuh antusias tentang segala kegiatan berbau adventure di hutan dan lainnya, menjadikan saya terusik, sepertinya belum afdol rasanya kalau saya tidak pernah mencobanya. Yup, saya selalu excited dengan hal-hal baru.

Samarinda sendiri, mempunyai satu tempat berkemah yang baik dan cukup membawa kita mendapatkan banyak hal yang berbau alam yaitu Kebun Raya Samarinda. Selain karena memang masih merupakan hutan asli yang dikelola sebagai tempat wisata, Kebun Raya Samarinda sendiri banyak menyajikan hal-hal menarik. Kita benar-benar bisa merasakan bagaimana kembali ke alam sesungguhnya.

The Day Part I - Ribet, Bonfire, Tent, Games, Sausage, and the Starry Stars :)

Okeh, saya akui, RIBET. Yup, ribet karena temen-temen yang awalnya mau jadi team perintis, pada ngilang dan tersisa 2 orang. Surya dan Po Noru,, belum lagi kekurangan orang untuk ini, itu, dan sebagainya, perlengkapan, peralatan, wuah,, bener-bener sebuah keajaiban pada akhirnya berhasil jadi ini acara.

Seperti kicauan saya di twitter pada hari yang sama, "Badan ada di Sekolah, sedang ngerjain yang bisa dikerjain, tapi hati ada di KRUS". Pengen banget rasanya kabur dari kantor hari itu buat ngebantu tim perintis yang cuma 2 orang itu,, kemudian menyadari kenyataan yang gak mungkin, karena hari itu lagi tegang-tegangnya di kantor. Makanya saya bilang ribet. Akhirnya jalan terakhir hanya koordinasi melalui ponsel. Untung Yuni sama Ipeh mau bantuin, walau ga bisa ngemping malamnya, tapi mereka mau ngikut ngangkut barang, xixix,, kebayang betapa rempongnya mereka saat itu,, :p 2 dus Aqua, 1 terpal raksasa, kemudian sosis dan lampu teplok,, pasti ribet banget,, :p

Tenda besar,, *yang tetep aja gak muat*
Dan akhirnya, dengan kondisi yang seperti itu pun, tenda bisa dibangun dengan sukses,, satu tenda besar dan satu tenda kecil yang merupakan kepemilikan dari Abi Ipul,, *thx bang ipul,, terbantu bnget dengan hadirnya tenda itu :p*. Laporan terakhir dari si mpo, bener"bikin lega,, dia bilang "weewww po, tenda kita mewah euyy" bener-bener mengurangi tekanan yang dirasa saat itu, fiuh,, akhirnya jadi juga ni kemping.

Tendanya Abi ^^
Kemudian, saat jam ditangan sudah menunjukkan jam 15.30 saya pulang dengan terburu-buru, kemudian packing dengan terburu-buru, tapi masih sempat mandi, kebayang kan gerahnya malam kalau ga mandi, soalnya besok paginya pasti ga pake mandi,, :p lalu menunggu jemputan, sambil mempersiapkan segala macam camilan, sampai makan berat. *maklum gak pernah kemping, makanya bawaannya bnyak bnget*

Sesampainya di venue, ketemu nih sama Oom Fadli dan Reza, dia udah nangkring di pendopo. Sempet surprise juga mereka mau ikut gabung. Di sana juga udah hadir beberapa teman bantuin bikin kayu bakar, dan dipojokan si yuni sama ipeh lagi mainan minyak gas,, hehe. Gak lama, rombongan Sonny dan kawan-kawan yang berjumlah 7 orang itu datang. Kemudian, sesepuh SB, Mas Dony, mas Riffadin dan seorang lagi temannya datang. Ramailah sudah acara ini. Sehabis taruh tas, langsung kembali membenahi tenda, dan lain-lain. Sampai maghrib pun tiba.

Oke, saya baru tahu kalau hutan di malam hari itu gelap gulita. Heh, ga usah protes ya,, ini beneran pertama kali saya ikut kemping-kempingan gini. Jadi saat api unggun dinyalakan, sebuah emergency lamp, dan beberapa lampu teplok ditempatkan di sudut-sudut gelap, tempat kemping itu kembali bisa dilihat. Walaupun beberapa kali sempat tersandung tali pasak yang ga terlalu keliatan, *atau memang cuma gara"kecerobohan saya*. Temen"dari tenggarong, yang kalau gak salah inget namanya ada Aka, Jay, Aan, Ipul, Iqbal, sama satu lagi saya lupa, menaruh beberapa batu bara yang katanya bisa mengusir nyamuk dan membuat api jadi tahan lama *nah loh, ada lagi api tahan lama*. Si Ipeh dan Yuni pun dengan sangat berat hati beranjak dari area kemping, mereka belum dapet ijin buat nginep,, hehew,, :3. Jadi total sekitar 18 orang yang ada di sana dan mungkin akan menyusul lagi beberapa.

Api unggun pertama,, *liat deh makhluk ngenes yg pake bju kuning dibelakang, :p*
Dan, sehabis makan-makan sederhana, bikin minuman hangat dan bakar-bakar ubi, kami bermain games untuk menghabiskan waktu dan mendekatkan satu sama lain. Awalnya tentu saja perkenalan. Masing-masing memperkenalkan diri, saling mengingat nama satu sama lain. Kemudian pilihan games-nya adalah bisik-bisikan kata. Dan yang kalah dihukum untuk menjawab jujur semua yang ditanyakan oleh setiap orang yang mengelilingi api unggun itu.

Korban pertama jelas si Ame, haha,, secara dia berdiri dekat si teteh yang menyesatkan, kemudian lanjut si Yudi, Jay, Aka, dan kemudian mpo Noru,, jangan dibayangin deh betapa anehnya pertanyaan"yang terlontar, dari yang normal sampe abnormal, trus dari yang awalnya jawab jujur, sampe malu buat ngejawab jujur,, muncul lah Jargon baru, "Syamsiah Saniah Syarifah Lupiatul Qoriah",, dan keharmonisan itu bener-bener terbangun.

Kemudian, setelah bosan berbisik-bisik, selanjutnya gantian nge-bully bang Tino, entah bagaimana akhirnya bang Tino ikut bergabung di situ, dan langsung disuruh perkenalan. Alibinya sih, dia menyelamatkan adik kesayangannya si Rilo yang sebelumnya ditahan polisi gara-gara merayakan kelulusan dengan Lebay,, :p.

Setelah itu, sekitar jam 10, team perintis nampaknya ingin beristirahat,, jadilah kegiatan terpecah menjadi beberapa kelompok, ada yang ingin trekking sekaligus uji nyali di tengah malam, ada yang main kartu di dalam tenda, ada yang msih ngobrol di depan api unggun, ada yang sudah dengan santainya tidur,, haha,, saya sendiri masih ingin berlama-lama melihat bintang. Sebab, pas games tadi sempat melihat sebuah bintang jatuh yang sangat menakjubkan, ga sengaja sebenernya, soalnya pas ku tanya yang lain, pada bilang gak liat,, haha,, berfikir kalau itu bintang jatuh aja lah, biar aman,, :p

Taburan bintang di malam itu katanya sih belum sebagus saat kemping di Bukit Bengkirai,, tapi, untuk saya pribadi, bukan baru kali itu ngliat bintang yang tidak ternoda cahaya lain, jadi yah, saya anggap itu biasa. Sebagai pecinta bintang, saya tau malam itu cuaca agak berawan sehingga cahayanya agak sedikit redup, walaupun jika di bandingkan dengan view biasa dari kota, bintang malam itu jauh lebih menawan.

Jumlah peserta kemping akhirnya melonjak naik hingga 25 orang, tenda kecil cuman cukup untuk 2 orang, yang dengan suksesnya Mpo Noru beserta Nene menguasai. Akhirnya 22 orang berjubel di satu tenda besar,, dan herannya, ini kan kemping ya, saya pikir bakal ada yang ga bisa tidur,, tapi semuanya malah tepar,, hahaha,,, kecuali saya. *kemudian hening*.

Katanya kakak ketua pramuka, kalau kemping pertama emang bakal ga bisa tidur. Jadi gelisah sendiri di tempat, sama sekali ga bisa "hilang" ke dalam dunia mimpi, cuman mejem, tapi ga tidur,, ckckck,, ga tahan dengan keadaan tersebut, terbangun, dan membangunkan si Nyunyun. Akhirnya kita putuskan untuk bakar sosis aja, soalnya pas-pasan laper,, haha. Dan karena ribut, akhirnya beberapa yang lain ikut bangun juga, kaya mas Dony, Mas Riffadin, Sony, Nene, sama Ipeh.

Yak, sosis bakar,, :p
Baru kali itu ngrasain sosis bakar, biar gosong"gin tetep aja di makan juga,, --" padahal udah jatuh ke bara, kena abu, dan gak sehat, tetep aja dimakan ya? Tapi menurut saya disitulah seninya,, :3 ini bukan kemping kalau ga makan makanan yang dibakar sampai gosong,, haha,,, *kayanya persepsi saya tentang kemping harus diperbaiki ini,, :p*

Setelah kenyang,, atau sebenarnya setelah sosis satu 1Kg-nya habis, kembali ke tempat tidur, well,, kembali berperang sih bagi saya, Berperang melawan insomnia dadakan, yang untungnya bisa ditangani dan saya bisa tidur. Akhirnya, malam pertama kemping saya itu, berlalu begitu saja, menyisakan senyum, dan sedikit cemong sosis bakar di pipi,,, XD

The Day Part II - Abstrak, Sleepy, Trekking, Mud and MORE MUD >.<


Tepat pukul 05.00 di hari minggu saya terbangun, dan langsung melihat ke arah api unggun, di mana 2 makhluk manis terdiam menatap warna orange terang itu. Pikiran saya langsung tertuju pada tenda yang ditinggalkan oleh mereka,, *ah, belum bilang ya, 2 makhluk yang memaksa saya untuk bilang mereka manis adalah nene dan po noru*. Tenda mereka pasti kosong sekarang, berati saya bisa melanjutkan tidur saya disana dengan nyaman,, ternyata eh,, didalamnya sudah ada dua makhluk lain menanti. Mami dan Dwi yang datang sekitar jam 4 subuh tadi, bertahta dengan santainya, meruntuhkan niatku melanjutkan tidur. Akhirnya mau ga mau bergabung dengan nene dan mpo, mematung di depan api unggun.

Kemudian tak lama setelahnya, sang ketua bangun, dan saya minta diantarkan ke toilet. *bener-bener peserta manja,, haha* dalam perjalanan ke toilet, melihat sekeliling hutan yang dilingkupi kabut, bener-bener sebuah pemandangan yang menyegarkan. Seketika itu semangat saya bangkit, dan otak saya langsung fresh. wah,, ini lah tujuan saya sebenarnya, untuk menginap di hutan dan menikmati pesona eksotik yang disiapkan Tuhan.

Ini Hutan,, :3
Setelah itu, kami sarapan *nasi kuning, :p*, dan bersiap-siap untuk trekking masuk ke hutan. Jalur yang ditempuh adalah jalur medium, dan karena sore kemaren hujan, jadilah hutan itu menjadi area bermain yang amat sangat menyenangkan. *muka datar*. Yang ga bawa sepatu perang kaya saya bakal nangis darah,, sejenak saya melirik sneakers ungu kesayangan saya, sambil meminta maaf dalam hati, hufh,, ikhlas,, ikhlas,, demi trekking,, demi liat hutan.

selesai sarapan,, :)
Yak, perjalanan dimulai sekitar jam 9. Kami masuk ke dalam belantara yang sama sekali tidak panas, sebab cahaya matahari yang menyengat itu terhalang oleh rimbunnya dedaunan. Seakan-akan tersesat dalam dunia lain,, Yeah,, dunia lain yang syahdu berwarna hijau, namun dari kejauhan masih terdengar suara pale-pale jualan es krim walts,, haha,, Dan baru sekitar 50 meter dari jalan masuk, udah harus bertemu dengan kubangan lumpur sedalam mata kaki,, well,, ini adalah lumpur paling menyebalkan,, sebab saya salah ambil jalan, dan sepatu saya terbenam dalam. *nangis*. sempet heboh-hebohan sendiri,, sempet ga mau jalan lagi,, soalnya kalau kakinya di tarik, sepatu saya pasti almarhum,, makanya keukeuh di tempat kejadian sampai sang ketua menolong,, haha,, *tercium bau-bau modus sebenarnya, tapi abaikan :p*

Sibuk nyari jalan teraman *walau sia-sia*

ini licin banget loh,,
Setelah lepas dari jeratan lumpur penghisap, dan melihat sepatu ungu saya berubah warna, ibarat bunglon yang menyesuaikan dengan keadaan sekitarnya, sepatu saya juga begitu. Berubah sesuai warna di sekitarnya, warna lumpur. --" dan yang terjebak bukan hanya saya,, SEMUANYA. yup, semuanya pernah kejeblos ke dalam lumpur dan meringis,, haha,,, rasakan itu kawan, itulah arti solidaritas,,

hap,, hap,, cewe cowok wajib lompat
Mendaki gunung lewati lembah, membuka jalur, meloncati pohon yang rebah, merasakan sentuhan lumut, terkena duri rotan, terinjak duri salak, menelusuri jejak babi, digigit lalat dayak,, dikejar-kejar semut marabunta, dililit ular anaconda, di aum-in sama singa,, *okeh, tiga hal terakhir saya bohong*, semuanya menyenangkan, walau harus tertatih dan terjerembab, tolong menolong membawakan tas, foto-foto pribadi dan dokumentasi yang gila-gilaan. Wuah,, menjadi sebuah hal yang ga bakalan terlupa. Bahkan Syamsiah Geng pun, terlihat rusuh dan menikmati, walaupun hanya berbekal sandal jepit. Yup, sandal jepit.

Sesampai di rest point pertama, kita menghadapi tebing setinggi 20 Meter, err,, 20 meter dikurangin 18 Meter lah,, ga tau juga, kenapa harus lewat tebing itu, padahal ada jalan menanjaknya kalau memutar sedikit,, haha,, lucu juga liat semuanya pontang-panting menaiki tebing tersebut. Udah deh, ga usah dibayangin gimana kucelnya penampilan kami, yang cakep dan cantik tambah kucel, yang jelek,, eh,, dalam team ini gak ada yang jelek sih,, ;p Walaupun ada sedikit cedera yang di alami oleh bang Dhyan, kakinya berdarah gara"kena duri salak, *yang selalu dijawabnya dengan "pendarahan keguguran" ;D* tetapi karena bukan cedera serius, karena si Abang meyakinkan demikian, kami melanjutkan perjalanan dengan penanganan seadanya. Ah, dia kuat kok, jangan khawatir. :)

Ayo"tebingnya dipanjat,, :p
teteh pendarahan,,, :(
Setelah rest poin, kami mulai memasuki jalanan paving beton. Nah, kalau disini, bener-bener murni menikmati pemandangan, ga perlu nerobos hutan. Kalian tahu apa yang paling saya senangi di sini? pemandangan yang menakjubkan, melihat jalanan tertutup daun kering serta bunyi gesekannya saat terinjak oleh langkah kami. Seakan berada di lorong waktu, berada jauh dari kota, dan entah kenapa perasaan damai yang menyegarkan melingkupi hati. :)

kaya musim gugur eh,,
Ini jalan pavingnya
Kembali masuk ke hutan, dan beristirahat di sebuah aliran sungai kecil, sebuah jembatan kayu yang jabuk dan berlumut,, serta latar hutan di belakangnya. Kita beristirahat sambil sedikit membersihkan diri di aliran sungain kecil itu, tanpa menyadari seringai licik sang ketua yang tertahan, bener-bener dikerjain abis-abisan. Setelah puas berfoto-foto dan istirahat disana, kami kembali bersemangat. Namun sayangnya semangat itu langsung meluntur melihat keadaan di seberang jembatan.

Dibalik jembatan itu,, --"
Lumpur dan lebih BANYAK LAGI lumpur,, #mati.

Yup, dengan sukses, sang ketua mengajak kita melintasi lumpur sedalam lutut. Dan sia-sialah kesusahan saya membersihkan sepatu di sungai tadi,, mau nangis ntar di bilang cengeng, akhirnya ya mau ga mau dijalanin aja. Apalagi sang ketua mengatakan dengan tegas "Ga ada pengecualian bahkan untuk wanitaku,," jadinya ya sudah, pasrah. Yah, 2/3 perjalanan masih selamat, bisa menghindar dari lumpurnya,, sempet ketemu anak ular yang imut banget,, tanpa berfikir apapun tentang induknya yang mungkin saja berada di sekitarnya,, --" tapi, kemudian 1/3 perjalanan terakhir tetap harus menyerah, T_T ga ada jalan aman, udah deh, berkubang aja dalam lumpur,, sensasinya asik juga,, dingin-dingin gimana gitu,, dalam hati juga mensugesti diri, anggap aja lulur alam, mudahan bikin bagus kaki,, :p

Lulur lumpur alami
itu dia lautannya,, XD
Setelah lepas dari lautan lumpur, yang untungnya gak ada korban jatuh guling-guling disana, kami diajak untuk diajari mencari air dalam hutan. Katanya kakak ketua sih, itu namanya akar air, setelah dipotong dan dibedirikan, air akan mengikuti gaaya gravitasi dan mengalir turun. Rasa airnya sejuk, tawar dan ada aroma akar yang menyenangkan,, wizzz,, bisa jadi salah satu tujuan wisata kuliner,, haha,, nggak lah, bohong aja, bisa habis tuh akar air ditebangin kalau jadi tujuan wisata,,

ini nih akar airnya,, airnya ngerembes lewat kulit dalamnya
seakan nikmat bnget ya teh?? :p
Kemudian, sepertinya semua anak-anak sudah lelah dan ingin secepatnya mengakhiri perjalanan, dan di pilihlah rute perjalanan terpendek untuk kembali, sempet terjadi protes-protesan dalam kelompok, sebab ada yang mau lanjut, ada yang mau udahan, akhirnya diputuskan kita mengakhiri perjalanan. Sekeluarnya dari hutan dan bertemu jalan raya, semuanya tepar, muka-mukanya udah ga secerah waktu berangkat,, dan dalam kepala saya cuma ada satu kata. "TIDUR". Pengen cepet-cepet bebersih dan tidur di kasur yang nyaman. Yup, kami lelah, ga papa deh dibilang lemah, habisnya emang cape kok,, kan ini kali pertama saya kemping,, :p

End of the adventure,,
Sampai kembali di lokasi perkemahan, bebersih di sungai terdekat, kemudian membongkar tenda,, rada miris juga sih, bangun tendanya setengah mati, tapi ngebongkarnya cuma makan waktu beberapa menit. Kemudian operasi semut dijalankan,, *cieh,, kan kita cinta kebersihan* semua dibakar, semua sampah dibakar, sampai-sampai tabung gas mini milik mas dony juga dibakar,, *dan menjadi satu keramaian tersendiri saat meledak, dan sampai sekarang belum ada yang ngaku siapa yang menaruhnya disana,, haha!*

Yup, disinilah perjalanan kami berakhir, dan perjalanan kemping pertama saya berujung. Indah, jika dirasakan indah, menyenangkan karena memang menyenangkan. Menghabiskan waktu berakrab-akrab dengan alam itu ternyata bisa seluar biasa ini ya? dan ternyata memang semua ini menggembirakan, tujuan saya tercapai dan yang paling penting adalah saya puas. Puas karena acara yang hanya dengan persiapan yang minim seperti ini pun bisa menghibur dan berhasil. :) Terima kasih untuk semua yang datang, meramaikan, merusuhkan, Special buat Team Perintis, Samarinda Backpackers, Earth Hours Samarinda, Syamsiah Saniah Syaripah Crew, Tenggarong Backpackers, Temen-temen STMIK Wicida Samarinda, dan Pak Singkir yang sudah menunjukkan jalan -Lumpur- terbaik. :)

Dan, sesaat sebelum pergipun, sayup-sayup saya mendengar ketua kelompok berbisik,,

"Terima Kasih Hutan, karena sudah memberikan yang kamu punya untuk kami, dan semoga kamu akan terus ada sampai seterusnya". *amin*

No comments:

Post a Comment

Blogger Widgets
 

Seputar Samarinda

Peta SMR

Event