22 Jul 2014

Berburu Sunset di Puncak Bukit Jelawat Samarinda

Semburat jingga saat akan terbenam
Selalu menyenangkan melihat langit biru perlahan-lahan berubah warna menjadi jingga, lalu kemudian kelam. Menikmati proses detik-detik sang surya tenggelam di kejauhan, membuat pendaran oranye menggantung di dalam memory. Ya, saya suka sekali dengan semua yang berhubungan dengan matahari. Saat terbitnya, saat tenggelamnya, saat dia meminjamkan sinarnya kepada rembulan agar dia nampak indah, dan saat dia memberikan kehidupan kepada bumi dengan cahayanya.

Dan, Samarinda, merupakan sebuah kota yang dikelilingi perkotaan. Sunset dan sunrise hampir tidak mungkin dinikmati kecuali melalui tempat yang tinggi. Dan saya baru dapat satu tempat terbaik untuk menikmati sunset adalah di Bukit Jelawat. Ya, saya bilang bukit, bukan gunung, karena yah, memang tidak pantas jika disebut dengan gunung.

Jadi, terima kasih kepada mba Ellie Hasan, yang menuntun saya sampai ke tempat ini, tempat yang belum banyak orang mengetahuinya. Dan trip ini pula yang menginspirasi fiksi saya berjudul Hanya Sebatas Perbedaan Perspektif. Waktu itu rombongan mencapai 8 orang, dan saya merasakan nearly death experience di sini. Haha,, biasa, karena pecicilan foto-foto gak liat jalan, hampir aja jatuh gelundung dari puncak bukit. Effort-nya dong, wuih, sampai kehabisan napas. Beberapa kali berhenti sekadar untuk mengatur napas, dan pada saat turun bukit, kaki gemeteran sangking dieksploitasi habis-habisan.

Tapi, semua perjuangan itu jadi sepadan setelah melihat keindahan sunset-nya yang walaupun saat itu langit sedang berawan, sunset-nya tetap mampu membuat saya bertasbih kepada-Nya. Ternyata ada tempat seseru ini di Samarinda, pikir saya. Memang, Samarinda itu paling indah jika dinikmati from the top. Jadi ngebayangin seandainya aja pemerintah mau membangun bianglala segede yang ada di London atau seperti Singapore Flyer, uuuw,, pasti deh, pasti Samarinda lebih keren lagi.

Ini adalah Sunset 31 Maret 2013
Dan, yang mau saya ceritakan ini adalah pengalaman saya kedua kalinya mendaki gunung itu demi mengejar sunset bersama si Ganteng. Ya, Si Ganteng harus bisa mengabadikan momen ini, pikir saya. Si Ganteng harus merasakan betapa excited-nya saya saat melihat sunset itu. Dan dia harus mengabadikan moment itu dalam bentuk video. Ya, HARUS!

Maka hari itu, rencana awal saya untuk memenuhi undangan dari Team Flashmob kepada EH Samarinda dalam acara Circus Show, saya batalkan, hanya karena melihat betapa langit hari itu begitu sempurna. Awannya sedikit, dan bergumul seperti permen kapas. Sedangkan awan yang seperti selaput membran tipis itu gak ada sama sekali. Benar-benar langit yang saya harapkan untuk bisa mendapatkan momen fullround-sun.

Sekitar pukul 16.45 WITA, saya dan seorang teman yang saya jebak untuk menjadi asisten dan seksi perlengkapan dadakan (baca : tukang angkat-angkat barang), berangkat ke titik awal pendakian.

Titik awal pendakian berada di lingkarang kuning
Yah, walaupun sebenarnya ini tidak bisa dibilang pendakian, namun jalanan menanjak yang curam, dan jalur yang absurd karena saya sendiri lupa harus lewat mana, menjadi tantangan pendakian sendiri buat saya. Untungnya seminggu belakangan sering lari-lari, jadinya gak terlalu kagok sama pendakian tingkat dasar seperti ini. Tapi, yah bagaimanapun juga, jalurnya lumayan berat. Beberapa kali masih sempet berhenti untuk mengatur napas.

Sesampainya di puncak, si Matahari lagi sembunyi di balik awan. Hampir kecewa, karena saya pikir mataharinya ga bakal keliatan lagi. Tapi ternyata, masih ada sedikit celah di antara awan dan pegunungan tempat jatuhnya matahari. Sehingga, momen itu adalah pertama kalinya saya melihat sunset yang bulat penuh. Menarik sekali melihat bulatan itu perlahan-lahan turun dan menghilang di balik pegunungan.

Saat itu mataharinya sudah menghilang di balik awana.
Si Ganteng memang sudah saya pastikan untuk mengabadikan dalam bentuk video. Setelah tripod dan posisi stabil terpasang, dia gak bisa diganggu gugat. Hasil akhir videonya berdurasi sekitar 11 menit. Dan, yang sangat saya sesalkan adalah mode fokus otomatisnya. Beberapa kali dia berubah fokus sendiri. Arghh,, lain kali kalau mengambil video sunset, ga pake otomatis-otomatisan lagi. Kapok dah.

Saya tidak pandai menggambarkan keindahannya dengan kata-kata. Jadi saya abadikan sedikit moment sunsetnya dengan menggunakan SIIryuu. 

Full-Round-Sunset
Si Ganteng Standby Recording Video
Kota Samarinda dengan cahaya jingga
Panorama Photo, With : SIIryuu
Hari itu, saya menuruni bukit dengan perasaan sangat puas, dan kaki yang tidak gemetaran lagi. Rasanya tidak menyesal menunda beberapa hal hanya untuk hal ini. Bahkan, beruntungnya saya, saat berpaling dari sunset tersebut, tepat berhadapan dengan matahari, sang rembulan sedang bersinar secara total, purnama. 

Lampu Terang itu bernama Purnama.
Mungkin, akan ada pendakian-pendakian berikutnya. Mungkin, selanjutnya akan lebih baik, tapi tetap, pendakian ini akan selalu berarti. Saya akan terus menanti senja, dan berburu cahaya jingga. Semoga nanti bukan hanya Samarinda, tapi tempat-tempat lain yang tidak kalah eksotisnya dengan sunset di Puncak Jelawat. :)

2 comments:

  1. Yuk Gabung di EZSLOT99: Situs Resmi Slot Gacor Online
    Bonus yang diberikan EZSLOT99
    * Bonue Welcome Slot 100%
    * Bonus Rollingan 1% setiap senin di bagikannya
    * Bonus Jackpot yang dapat anda dapatkan dengan mudah
    * Minimal Depo 25.000 , WD 50.000
    Info lebih lanjut kunjungi:
    Website: EZSLOT99
    Whatsapp : +6281385291633

    ReplyDelete

Blogger Widgets
 

Seputar Samarinda

Peta SMR

Event